Sabtu, 28 Juni 2008

curhat kala macet di bus bogor-ps.minggu

perbincangan lama itu terkenang lagi. pekan lalu sempet semobil sama
direktur klinik.
"jadi kapan nikah Dyn"
pertanyaan yang sarat makna, dan serius nih pun dibalik becandaan
yang mungkin tampak.
"ehm.. nunggu tabungan cukup dok" jawab saya setengah ngeles.
"bismillah aja udah"
"bismillah juga perlu modal dok" elak saya lagi.
"ye liat dong x (rekan kerja yang januari lalu menikah, dan kini
istrinya tengah mengandung, omedetou ya mas) dia aja berani nekat,
jangan terlalu pilih pilih nyari yang sesuai keinginan mah lama.. "
pembicaraan yang memambah khasanah pengetahuan tentang pernikahan.
jadi inget pernah melempar posting di siemensxp yang tajuknya "saat
anda mengambil keputusan besar itu" banyak komentar yang masuk dan
xpier yang dah married bilang klo ada faktor nekat dalam keputusan
mereka.
sedikit becermin tentang kondisi diri. single 24 tahun masih tinggal
dengan orang tua, berpenghasilan tetap di bawah umd (upah minimum
daerah), apa yah halangan saya untuk mengambil keputusan besar itu?
biaya? teman lain yang menikah akhir 2007 bercerita klo pas melamar
pas gak ada duit. memang selama rentang lamaran hingga pernikahan ia
jadi bsemangat untuk nyari orderan dan menurut penuturannya rezekinya
kala itu seperti dimudahkan.
tapi.. hei tunggu dulu kayaknya pernah deh menulis tentang hal ini,
bukan bukan tentang nikahnya tapi tentang 'TAPI'nya.
abang mPsi sepertinya pernah cerita tentang penyakit yang lebih
bahaya daripada malas ini, ya nama penyakit itu adalah alasan.
Mungkin itu kali ye yang jadi persoalan. bejuta alasan terujarkan
untuk tidak meyakinkan diri saat sebuah tawaran datang, dari kiri
kanan atau pun depan. Saat data empiris menunjukan nilai positif
bukankah aneka argumen yang menolaknya?
tidak sekali kesempatan itu hadir namun berulang walau tak selalu.
dan bukankah alasan selalu saja ada untuk berkata tidak.
bahkan bukankah alasan yang menghalangi ìstikhoroh untuk dilakukan.
nah kehabisan kata kata untuk ngebantah kan makanya sudah saatnya
merampungkan proyek tata diri dan bersiap melaju lagi. bukankah
prinsip steps forward itu intinya melangkah.
well wish me luck alot of luck i guess.

1 komentar: